Apa itu Lagging indikator dalam Penilaian Kinerja K3





Apa itu Lagging indikator dalam Penilaian Kinerja K3

Tanggal Publikasi : 19 Feb 2021     Kategori : Dasar K3     Views : 4,991
Apa itu Lagging indikator dalam Penilaian Kinerja K3

Halo Sobat sehat kerjaku, jika kemarin kita sudah bahas leading indikator, nah hari ini topik yang akan kita bahas terkait lagging indikator dalam K3.Sebagai seorang personal safety, maka salah satu tanggung jawab dan tugas kita adalah membuat safety continous daily recording, dokumentasi kinerja K3 mingguan, monthly safety report. dalam laporan terdapat kriteria untuk mengukur kinerja K3. Jika kemarin sobat sehat kerjaku sudah belajar mengenai leading indikator yang fokusnya lebih kepada pencegahan kecelakaan, maka lagging ini lebih fokus atau orientasinya lebih kepada hasil akhir misal seberapa banyak sih kecelakaan kerja yang terjadi, biasanya disajikan dalam bentuk data statistik seperti misalnya frekuensi terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan kerja, hari kerja yang hilang akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, biaya kompensasi untuk pelerja yang mengalami kecelakaan kerja.
.
Kecelakaan menjadi fokus dalam lagging indikator untuk sebuah performa atau kinerja dari keselamatan kerja suatu perusahaan. Indikator ini harus selalu dicatat dan diperbaruhi datanya terkait kecelakaan misalnya data terkait jumlah kecelakaan berdasarkan klasifikasi kecelakaan yakni kecelakaan fatal, kerusakan properti atau peralatan, cidera membutuhkan pertolongan pertama (first aid), cidera membutuhkan perawatan medis (medical treatment), cidera kehilangan hari kerja (lost time injury), tumpahan bahan berbahaya atau beracun ke lingkungan.
.
Lagging indikator digunakan sebagau pengukur untuk melihat kepatuhan perusahaan terhadap peraturan HSE. Dalam lagging indikator biasanya memberikan informasi mengenai seberapa banyak karyawan yang cidera. Nah sobat, sebagai HSE kita biasanya akan berharap dalam lagging indikator ini nilai dari lagging indikator ini selalu dalam posisi 0 (zero accident). Ini dapat menjadi bias dari lagging indikator di mana lagging indikator tidak mencerminkan seberapa baik aktivitas pencegahan kecelakaan kerja yang manajemen lakukan. Indikator tersebut hanya memberi tahu seberapa banyak pekerja yang cedera dan seberapa parah cederanya, sehingga jika kita berorientasinya hanya kepda lagging indikator saja maka seolah-olah ketika hasil dari laporan kecelakaan menunjukan misal rate kecelakaan rendah ini bisa menjadikan manajemen salah persepsi dimana dianggap sudah tidak ada risiko di tempat kerja, sehingga HSE ditempat dalam prioritas terakhir padahal di tempat kerja masih terdapat risiko yang signifikan yang akan memberikan kontribusi pada kecelakaan.



Share ke Sosial Media :
Tertarik dengan Pelayanan yang Kami sediakan ? Mari Berdiskusi