Pelanggaran K3 yang Sering Terjadi dan Dampaknya di Tempat Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam setiap lingkungan kerja. Tujuan dari penerapan K3 adalah untuk melindungi tenaga ke ...
Baca SelengkapnyaKetika kita datang ke rumah sakit, yang terlintas di pikiran biasanya adalah kesembuhan dan pelayanan. Tapi, tahukah Anda bahwa di balik pelayanan penuh dedikasi itu, para tenaga kesehatan sebenarnya bekerja di lingkungan yang penuh risiko?
Mulai dari tertusuk jarum suntik, terpapar bahan kimia, hingga kelelahan akibat jam kerja panjang — semua itu adalah potensi bahaya yang mengintai di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Maka, penting bagi setiap institusi kesehatan untuk menerapkan manajemen risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) secara menyeluruh.
Mengapa Identifikasi Bahaya Itu Penting?
Setiap rumah sakit dan klinik memiliki sumber bahaya yang berbeda. Tapi secara umum, potensi risikonya dapat dikelompokkan menjadi lima jenis utama:
Data dari penelitian Sri Hudoyo (2004) menunjukkan, 84,2% tenaga medis di Jakarta Timur pernah tertusuk jarum bekas, dan hingga 2016 tercatat 178 tenaga medis terinfeksi HIV akibat kecelakaan kerja. Angka ini menjadi peringatan bahwa keselamatan kerja di dunia kesehatan bukan hal sepele.
Apa Itu Manajemen Risiko K3?
Secara sederhana, manajemen risiko adalah proses mengenali, menilai, dan mengendalikan potensi bahaya agar tidak berkembang menjadi insiden atau kecelakaan.
Menurut Permenkes No. 25 Tahun 2019, proses manajemen risiko terdiri dari:
Hierarki Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan dengan urutan (dari paling efektif hingga paling dasar):
Meskipun APD sering menjadi pilihan utama, sebenarnya itu adalah lapisan terakhir, bukan yang utama. Pencegahan terbaik adalah menghilangkan sumber bahaya sejak awal.
Budaya Aman: Kunci dari Semua Sistem
Penerapan manajemen risiko tidak akan berhasil tanpa budaya keselamatan kerja.
Artinya, setiap individu di fasyankes — baik dokter, perawat, teknisi, hingga staf kebersihan — perlu memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang sama untuk menjaga lingkungan kerja tetap aman.
Budaya ini bisa dibangun melalui komunikasi terbuka, pelaporan insiden tanpa rasa takut, serta evaluasi rutin terhadap prosedur K3.
Karena Merawat Diri Adalah Bagian dari Merawat Orang Lain
Tenaga kesehatan adalah garda terdepan dalam menjaga kehidupan. Namun, mereka juga manusia yang perlu dilindungi dari risiko pekerjaan. Dengan penerapan identifikasi bahaya dan manajemen risiko yang baik, rumah sakit dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, sehat, dan produktif.
Keselamatan kerja bukan sekadar aturan, tapi bentuk penghargaan terhadap mereka yang setiap hari berjuang menyelamatkan nyawa orang lain.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam setiap lingkungan kerja. Tujuan dari penerapan K3 adalah untuk melindungi tenaga ke ...
Baca Selengkapnya